Saturday, December 23, 2006

Tubuh mungil Susan

Gue punya kenalan anak UKI fakultas str, namanya Susan.
Anaknya mungil, kulitnya putih bersih dan mulus, maklum anak
keturunan negeri seberang. Sedang gue sendiri kuliah di
fakultas kdktr, UKI juga .

Suatu waktu, gue jemput Susan dari kuliahnya untuk pulang.
Sesampainya di rumah Susan di bilangan Cpk Pt, dia ngajak gue
masuk dulu karena katanya rumahnya kosong sampai besok siang.
Gue pun masuk dan duduk di sofa ruang tamunya. Setelah menutup
pintu depan, dia masuk kamarnya untuk mandi dan ganti baju.

Nggak lama dia datang dengan baju kaos dan rok pendek sambil
membawa dua minuman dan duduk disamping gue. Buset, gue bisa
mencium harum tubuhnya dengan jelas. Dan terus terang
tiba-tiba gue terangsang dan mulai membayangkan keindahan
tubuh Susan bila tanpa busana. Nggak sadar, gue lama menatap
tubuh segarnya dan membuat Susan bingung.

"Kenapa sih Ben?" tanyanya. Gue cepat-cepat sadar dari lamunan
erotis gue. "Nggak..., lo keliatan laen dari biasanya." "Lain
apanya Ben..?" sambil menumpangkan salah satu kakinya ke kaki
satunya. Buset.. itu paha putih banget. Birahi gue pun tambah
terangkat. Pikiran erotis gue mulai bergelora lagi,
menghayalkan seandainya gue bisa meraba-raba kemulusan
pahanya.

"Heh..!"katanya sambil tertawa dan menepuk bahu gue, lalu
"Ngeliat apaan hayo, ngeres deh lo!" Gue cuma bisa nyengir
aja. "San, panas ya disini?" sambil gue mengambil saputangan
di kantong celana. "Iya yah, lo udah mulai keringetan begini."
Tiba-tiba aja dia ngelapkeringet di dahi gue pake tisunya.

Dalam keadaan berdekatan kayak gini, gue punya inisiatif untuk
memeluk dan menciumnya. Dan bener deh,...kejadian deh... Susan
sudah berada dalam pelukan gue, dan bibirnya sudah dalam
lumatan bibir gue. Dia sama sekali tidak berontak dan mulai
memejamkan matanya menikmati percumbuan ini. Tangannya
perlahan berganti posisi menjadi memeluk leher gue. Tangan gue
yang tadinya memegang pinggulnya, turun perlahan ke pangkal
pahanya dan akhirnya... Gue berhasil meraba merasakan betapa
mulus dan lembutnya paha Susan. Gue meraba naik turun sambil
sedikit meremasnya. Rasanya rada bangga juga gue mulai bisa
menyentuh bagian tubuhnya yang rada sensitif. Sedang bibir
kami masih saling berpagutan mesra dalam keadaan mata masih
terpejam. Lama-lama gue merasa kurang afdol kalau hanya meraba
bagian pahanya saja.

Tangan gue mulai naik lagi. Sekarang gue kepingin banget
menikmati buah dadanya. Pikiran gue udah melayang jauh. Pelan
tapi pasti gue mengangkat baju kaosnya untuk gue buka. Dia
nggak nolak, dan setelah gue buka bajunya, kelihatanlah buah
dadanya yang masih terbungkus rapi oleh Bhnya. Gue lumat lagi
bibirnya sebentar sambil gue bawa tangan gue ke belakang
tubuhnya. Memeluk, dan akhirnya gue mencari kancing pengait
Bhnya untuk gue lepas. Nggak lama terlepaslah BH pembungkus
buah dadanya. Dan mulailah tersembul keindahan buah dadanya
yang putih dengan puting kecoklatan diatasnya. Buu..ssee..tt..
benar-benar merupakan tempat untuk berwisata yang paling indah
dengan pemandangan yang menakjubkan di seantero jagat. Gue
bertambah gregetan melihat indahnya buah dada Susan yang
terawat rapi selama ini.

Akhirnya gue mulai meraba dan meremas-remas salah satu buah
dadanya dan kembali gue lumat bibir mungilnya. Terdengar nafas
Susan mulai tidak teratur. Kadang Susan menghembuskan nafas
dari hidungnya cepat hingga terdengar seperti orang sedang
mendesah. Susan makin membiarkan gue menikmati tubuhnya.
Birahinya sudah hampir tidak tertahankan.

Saat gue rebahkan tubuhnya di sofa dan mulut gue siap melumat
puting susunya, Susan menolak gue sambil mengatakan, "Ben,
jangan disini…dikamar gue aja!" ajaknya dan kemudian bangun,
mengambil baju kaos dan Bhnya di lantai dan berjalan menuju
kamar tidurnya. Gue ngikutin dari belakang sambil membuka baju
gue sendiri dan melepas kancing celana gue.

Begitu pintu ditutup dan dikunci, gue langsung meluk Susan
yang sudah topless dan kembali melumat bibir mungilnya dan
melanjutkan meraba-raba tubuhnya sambil bersandar di tembok
kamarnya. Lama-lama cumbuan gue mulai beralih ke lehernya yang
jenjang dan menggelitik belakang telinganya. Susan mulai
mendesah pertanda birahinya semakin menjadi-jadi. Saking
gemesnya gue sama tubuh Susan, nggak lama tangan gue turun dan
mulai meraba dan meremas bongkahan pantatnya yang begitu
montoknya. Susan mulai mengerang geli. Terlebih ketika gue
lebih menurunkan cumbuan gue ke daerah dadanya, dan menuju
puncak bukit kembar yang menggelantung di dada Susan.

Dalam posisi agak jongkok dan tangan gue memegang pinggulnya,
gue mulai menggerogoti puting susu Susan satu persatu yang
membuat Susan kadang menggelinjang geli, dan sesekali melenguh
geli. Gue jilat, gigit, emut dan gue isap puting susu Susan,
hingga Susan mulai lemas. Tangannya yang bertumpu pada dinding
kamar mulai mengendor.

Perlahan tangan gue meraba kedua pahanya lagi dan rabaan mulai
naik menuju pangkal pahanya…. Dan gue mengaitkan beberapa jari
gue di celana dalamnya dan.. srreet!!! Lepas sudah celana
dalam Susan. Gue raba pantatnya, begitu mulus dan kenyal,
sekenyal buah dadanya. Dan saat rabaan gue yang berikutnya
hampir mencapai daerah selangkangannya..., tiba-tiba, "Ben, di
tempat tidur aja yuk..! Gue capek berdiri nih." Sebelum
membalikkan badannya, Susan memelorotkan rok mininya di
hadapan gue dan tersenyum manis memandang ke arah gue. Ala
mak, senyum itu... Bikin gue kepingin cepat-cepat
menggumulinya. Apalagi Susan tersenyum dalam keadaan bugil
alias tanpa busana. Buu..ssset khayalan gue benar-benar jadi
kenyataan cing..!

Susan mendekat ke gue sebentar dan tangannya dengan lincah
melepas celana panjang dan celana dalam gue hingga kini bukan
hanya dia saja yang bugil di kamarnya. Batang kemaluan gue
yang tegang mengeras menandakan bahwa gue sudah siap tempur
kapan saja. Tinggal menunggu lampu hijau menyala.

Lalu Susan mengambil tangan gue, menggandeng dan menarik gue
ke ranjangnya. Sesampainya di pinggir ranjang, Susan berbalik
dan mengisyaratkan agar gue tetap berdiri dan kemudian Susan
duduk di sisi ranjangnya. Oh buu..ssseet, Susan menggelomoh
batang kemaluan gue dengan rakusnya. Gila mak, lalu dia dengan
ganasnya pula menggigit halus, menjilat dan mengisap batang
kemaluan gue tanpa ada jeda sedikit pun. Kepalanya maju mundur
mengisapi kemaluan gue hingga terlihat jelas betapa kempot
pipinya. Gue berusaha mati-matian menahan ejakulasi gue agar
gue bisa mengimbangi permainannya. Kadang gue meringis nikmat
saat Susan mengeluarkan beberapa jurus pamungkasnya dalam
menyepong. Gila bener... uenakya kagak ketulungan cing..!!

Ada mungkin 15 menit Susan mengisapi batang kemaluan gue, lalu
dia melepas mulutnya dari batang kamaluan gue dan merebahkan
tubuhnya telentang diatas ranjang. Gue ngerti banget maksud
ini cewek. Dia minta gantian gue yang aktif. Segera gue tindih
tubuhnya dan mulai berciuman lagi untuk beberapa lamanya, dan
gue mulai mengalihkan cumbuan ke buah dadanya lagi, kemudian
gue turun lagi mencari sesuatu yang baru di daerah
selangkangannya. Susan mengerti maksud gue. Dia segera
membuka, mengangkangkan kedua pahanya lebar-lebar membiarkan
gue membenamkan muka gue di sekitar bibir vaginanya. Kedua
tangan gue lingkarkan di kedua pahanya dan membuka bibir
vaginanya yang sudah memerah dan basah itu. Oh… buusset,
rupanya sewaktu dia mandi sudah bersihkan dan disabuni dengan
baik sehingga bau vaginanya harum. Ditambah menurut
pengakuannya, bahwa dia tadi meminum ramuan pengharum vagina.
Tanpa ba bi bu lagi, lidah gue julurkan untuk menjilati bibir
vaginanya dan buah kelentit yang tegang menonjol.

Gila mak, Susan menggelinjang hebat. Tubuhnya bergetar hebat.
Desahannya mulai seru. Matanya terpejam merasakan geli dan
nikmatnya tarian lidah gue di liang sanggamanya. Kadang pula
Susan melenguh, merintih, bahkan berteriak kecil menikmati
gelitik lidah gue. Terlebih ketika gue julurkan lidah gue
lebih dalam masuk ke laing vaginanya sambil menggeser-geser ke
kelentitnya. Dan bibir gue melumat bibir vaginanya seperti
orang sedang berciuman. Vaginanya mulai berdenyut hebat,
hidungnya mulai kembang kempis,dan akhirnya..

"Ben.. ohh.. Ben.. udahh.. entot gue Ben..!!" Susan mulai
memohon kepada gue untuk segera mengentotinya. Gue bangun dari
daerah selangkangannya dan mulai mengatur posisi diatas
tubuhnya dan menindihnya sambil memasukkan batang kemaluan gue
kedalam lorong vaginanya perlahan. Dan akhirnya gue genjot
vagina Susan yang masih perawan itu secara perlahan dan
jantan. Masih sempit, tapi remasan liangnya membuat gue tambah
penasaran dan ketagihan.

Akhirnya gue sampai pada posisi paling dalam, lalu perlahan
gue tarik lagi. Pelan, dan lama kelamaan gue percepat gerakan
tersebut. Kemudian posisi demi posisi gue coba bareng Susan.

Gue sudah nggak sadar berada dimana. Yang gue tahu semuanya
sangat indah. Rasanya gue seperti melayang terbang tinggi
bersama Susan. Yang gue tahu, terakhir kali tubuh gue dan
tubuh Susan mengejang hebat. Keringat membasahi tubuh gue dan
tubuhnya. Nafas kami sudah saling memburu. Gue ngerasa ada
sesuatu yang memuncrat banyak banget dari batang kemaluan gue
sewaktu barang gue masih di dalam kehangatan liang sanggama
Susan. Habis itu gue nggak tahu apa lagi.

Sebelum gue tertidur gue sempet ngelihat jam. Alamak..! dua
setengah jam… Waktu gue sadar besoknya, Susan masih tertidur
pulas disamping gue, masih tanpa busana dengan tubuh masih
seindah sebelum gue bersenggama dengannya. Sambil
memandanginya, dalam hati gue, gue berkata, "Akhirnya gue bisa
juga ngelampiasin nafsu yang gue pendam selama ini.

Thank's banget "San..., kalo nggak ada lo, gue kagak tau deh
kemana gue bawa nafsu gue ini..." Gue kecup keningnya, lalu
gue segera berpakaian dan siap cabut dari rumah Susan setelah
gue lihat jam di mejanya, mengingatkan gue bahwa sebentar lagi
keluarganya bakal datang. Gue kagak mau konyol kepergok lagi
bugil berduaan bareng dia. Apalagi masih ada noda darah
perawan di sprei tempat tidurnya. Gue bangunin dia dan berkata
bahwa lain kali sebaiknya kita main di villa gue, di Bogor,
aja dengan alasan lebih aman dan bebas.


TAMAT

No comments: